Jumat, 10 Mei 2013

Tanpa Kekasih

Tanpa Kekasih
By. Agustiawan Hapsul Jaat



Setalah genap 2 tahun aku jadian dengan "...", aku semakin yakin kalau aku tidak salah pilih dan benar-benar sudah menemukan belahan jiwaku, cinta sejatiku, cahaya hidupku, "..." adalah segalanya bagiku. Aku mencinta dia dan akan selalu menyayangi dia untuk selamanya. Saat ini aku merasa puas karena penantian, dan usahaku selama ini berbuah kebahagiaan.

Telah sekian lama aku merasa menanti
"..." menjadi milikku seutuhnya. Akhirnya, cerita cintaku saat ini sudah happy ending, tingal sekarang aku dan "..." yang menjalaninya. Dulu kami sering sekali bertengkar, hanya karena hal-hal kecil, kadang kami sampai ribut tidak menentu. Dulu sebagai teman, kami memang bukan teman yang cocok, kami saling menjatuhkan dan saling membenci. Tapi sekarang, benar kata orang-orang, kalau kamu membenci seseorang janganlah kamu sampai terlalu dan hasilnya sekarang perasaan itu menjadi kebalikan bagi aku dan "..." , justru kami sekarang saling mencintai dan menyayangi. Tapi yang jelas, aku juga tidak mau kehilangan "...", aku takut juga kalau aku terlalu mencintai dan menyayangi dia, bisa jadi aku dan dia akan terpisahkan.

“Hei,,,kamu lagi ngapain? aku kangen dech sama kamu..”
“Halo
"...", kan baru kemarin kita ketemu, kamu gimana sih?”
“Ela, kamu baik-baik ya di sana, jaga diri kamu dan jangan pernah lupakan aku ya sayang.”

“Kamu ngomong apa sih
"..." ? Kamu ngigau ya...?”
“Nggak, maksud aku kamu jangan macam-macam di sana, kan di kampus kamu banyak banget tuh cewek-cewek keren, entar ada yang godain kamu lagi, trus kamu lupain aku...”
“Ha...ha...ha ya tidak dong sayang, aku tidak akan tergoda sama cewek-cewek di kampus ini, tidak ada yang kayak kamu di sini dan yang aku mau cuma kamu seorang...”

“Hei,,,kamu sudah pintar ngegombal yah, siapa yang ngajarin, ayo ngaku...?”
"...", kamu apaan sih?! Udah lah, aku mau kamu kasih aku kepercayaan untuk berteman dengan teman-temanku. Asal kamu tau aku berterima kasih banget selama ini sama Tuhan karena aku udah bisa memiliki kamu.”

“Iya Ela, dan asal kamu tau juga cintaku lebih besar dari yang pernah kamu bayangkan selama ini.”

Satu hal inilah yang selalu ditakutkan
"..." , dia selalu bilang aku akan tergoda oleh cewek-cewek di kampus, sementara aku tidak begitu...? Justru akulah yang paling takut "..." yang akan berpaling dariku, dia akan pergi meninggalkanku selamanya, dan cintanya hilang untukku. "..." sekarang kerja di salah satu swalayan terkemuka di kota itu, sebagai cewek kalau kita melihatnya dengan kesan pertama, dia adalah cewek yang diimpi-impikan semua cowok, karena "..." punya segalanya, dengan modal wajah yang cantik, prilaku yang baik, kerja yang mapan, akupun takut dia akan pergi dariku, kalau seandainya ada cowok yang lebih menarik dariku, lebih sederajat dengan dia.

"..." menggenggam tanganku erat sekali, aku merasakan kenyamanan saat dia memegang tanganku. Aku merasakan cintanya begitu kuat untukku. Saat kami masuk ke sebuah toko buku, "..." bilang dia akan membelikan aku sebuah buku sastra yang dulu sudah pernah dibacanya dan sekarang dia ingin aku juga membaca buku itu. Setelah "..." membayar buku tersebut, "..." langsung menyerahkannya padaku. Aku kaget membaca sinopsisnya, ternyata buku itu berisi tentang kekuatan cinta yang tulus, yang akhirnya terpisahkan oleh maut, dan bagaimana sakitnya hati seorang kekasih saat menghadapi peristiwa kematian itu.

"..." , kenapa kamu kasih aku buku kayak gini?”

“aku pengen banget kamu baca buku ini, karena kalau kamu baca buku ini, kamu bakal lebih mengerti lagi apa itu cinta sejati, kamu akan merasakan betapa sangat berartinya orang yang mencintai kamu, pokoknya ceritanya bagus deh, kamu pasti tidak bakalan menyesal kalau baca buku ini dan setelah membacanya, aku juga yakin kamu akan semakin sayang sama aku, he...he...he...
“Ih, kamu...!! Ke-GR-an banget sih kamu, masa cuma gara-gara baca buku ini aku bisa semakin sayang sama kamu.”

“Eh, benaran, percaya sama aku. Kalau tidak, kamu boleh musuhin aku lagi kayak dulu.”

"..." !!! Kamu ngomong apaan sih, ya sudah-sudah, aku baca bukunya, kamu kira aku bakalan senang kalau kita musuhan lagi...”

"..." aneh sekali hari ini. Tadi siang dia ngomong yang tidak-tidak di telpon dan malam ini dia juga menyuruhku membaca buku yang isinya aneh, tentang kematian. Tiba-tiba saja jantungku berdegup kencang, kata kematian terasa terngiang-ngiang di telingaku. Entah kenapa aku semakin ketakutan, takut akan kematian, takut akan kehilangan. Peganganku semakin aku kuatkan ke pinggang "...", aku peluk pungungnya dan aku sandarkan wajahku ke sana. Aku merasakan lagi kalau aku bersama "...", saat ini mungkin "..." sedang tersenyum karena dia merasakan cintaku besar untuknya.

Sambil mengenderai motornya, sesekali dia menoleh ke belakang untuk melihatku,
"..." seperti orang yang was-was. Aneh, di sepanjang jalan aku terus kepikiran dan akhirnya bunyi keras dan goncangan hebat membuat aku kaget, tidak hanya goncangan, tapi sakit yang luar biasa di kepalaku, aku merasakan pusing serasa dunia ini berputar sangat kencang sekali, penglihatanku kabur, aku berusaha untuk menyadarkan diriku sendiri, apa yang sebenarnya terjadi. Tiba-tiba aku melihat "..." yang sedang tidur di jalanan, samar-samar aku melihat dia seolah-olah tidur nyenyak, aku merasa mimpi, mana mungkin "..." tidur di jalan, perasaan baru tadi aku boncengan dengan dia. Aku berjalan mendekati dia, tapi orang-orang yang ramai lebih dulu menghampiri dia, aku semakin kesakitan, aku nggak kuat lagi dan akhirnya yang aku lihat hanya kegelapan.

“kamu tidak apa-apa sayang, ini Mama.”
Aku pandangi wajah Mama. Dia seperti orang yang ketakutan, aku melihat sekelilingku, tiba-tiba aku baru sadar, selintas kejadian tadi malam teringat lagi olehku.

“Ma,
"..." mana? Dia baik-baik aja kan?”
“nanti saja, kamu istirahat dulu, kamu masih sakit sayang.”
“tidak Ma, aku tidak merasakan sakit apa-apa, sekarang aku mau lihat
"...", dimana dia Ma?”
“sayang, luka kamu belum kering betul, tadi kamu terus-terusan ngigau kalau kamu ngerasain sakit.”
“Ma, aku tidak merasa sakit, benaran, tidak tahu kenapa aku merasa sehat dan kuat Ma, sekarang pokoknya aku mau ketemu
"...", pasti saat ini dia butuhin aku banget.”
“saat ini
"..." tidak butuh siapa-siapa lagi, dia sudah aman sayang, dia sudah tenang di sana, sekarang sudah bahagia dengan kehidupannya sendiri, ada yang menjaga dia di sana...”
“Apa? Apa Ma, maksud Mama? Mama bohong!! aku tidak percaya, tidak mungkin, tidak mungkin itu terjadi sama
"...", dia sudah janji Ma tidak akan pernah ninggalin aku, dia sayang aku, aku sayang "..." Ma...tidak, tidak mungkin...

Teriakanku membuat semua suster datang ke tempatku, mereka berusaha menenangkanku, tapi aku tidak bisa, air mataku mengalir terus tiada hentinya, salah seorang suster baru saja akan memberiku suntikan penenang, tapi cepat-cepat aku elakkan.

“Tolong jangan suster, saat ini aku tidak butuh itu, aku hanya ingin menangis, aku tidak rela, aku marah sama
"..." , kenapa dia berani pergi ninggalin aku, padahal dulu dia sudah janji tidak akan pernah pergi dariku, tapi kenapa "..." bohong, kenapa sekarang justru dia pergi selamanya, dan aku tau dia tidak akan pernah kembali lagi kan untukku...? Kenapa kamu tinggalin aku "..." ???”

“sayang, ini sudah takdirnya, waktu
"..." sudah habis di dunia, kamu jangan pernah marah sama "..." sayang. Kamu harus yakin kalau sekarang "..." sudah bahagia di sana.”
“Ma, kenapa justru
"..." , kenapa buka aku saja yang ada di sana? aku mau kok Ma, Menggantikan "..." , karena aku sayang sama "..." Ma, atau biarkan aku untuk bersama dia sekarang, aku pengen menyusul dia Ma, aku tidak mau hidup di dunia ini tanpa dia, percuma Ma, percuma kalau tidak ada "..." di sini, hidup aku tidak ada arti apa-apa...”

Dengan cepat suster-suster itu memegang seluruh tubuhku dan sesaat kemudian aku tertidur, di alam mimpi
"..." datang padaku. Dengan pakaian yang serba putih "..." tersenyum padaku, dia berjalan mendekatiku, dia kelihatan senang sekali, seolah-olah dia mendapatkan kebahagiaan yang baru, yang tiada duanya di dunia, melihat "..." terus-terusan tersenyum, rasanya aku ingin sekali ikut bersama dia, ikut merasakan kebahagiaan yang dia rasakan saat ini. Aku berusaha memeluknya dan menggenggam tangannya, dia membalas pelukanku, dia mendekapku, kembali aku meerasakan kenyamanan bersamanya, aku merasakan dia memberiku kekuatan, ketegaran, dia membelai rambutku dengan penuh rasa sayang, tapi pelan-pelan dia melepaskanku, dia justru menjauh dariku, semakin jauh, jauh dan hilang dari penglihatanku.

Saat aku sadar, aku menangis lagi, aku bukan menangis karena menahan sakit pada kepalaku, tapi aku menangis karena hatiku yang terasa amat sakit. Sekarang dunia bagiku terasa kelam, hujan tidak hanya membasahi bumi, tapi hujan membasahi kehidupanku, hatiku seolah-olah tidak berhenti menangis, menangisi orang yang telah pergi untuk selama-lamanya, dia tidak akan pernah kembali lagi.

Tiba-tiba mataku tertuju pada buku yang ada di atas meja, aku baru ingat kalau itu adalah buku yang dibelikan
"..." kemarin. Aku buka satu demi satu halaman buku itu, beberapa menit kemudian aku tenggelam dalam ceritanya. Aku menangis membaca buku itu, sekilas aku seolah-olah melihat wajah "..." tersenyum di langit yang mendung di luar sana.

Entah kenapa sekarang aku kembali merasakan kekuatan itu, kekuatan cinta yang diberikan oleh
"..." , aku merasakan dia ada di dekatku, merangkulku, menenangkanku, aku dapat merasakan cinta dan sayangnya. "..." , aku sangat mencintai dan menyayangi kamu, aku yakin kamu bahagia di sana, walaupun kamu sudah pergi dari kehidupanku, tapi kamu tidak akan pernah pergi dari hatiku, kamu abadi untukku, "..." . Aku akan buktikan, kematianmu tidak akan pernah mengakhiri cintaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar