Kisah Cinta Tomi dan
Sari
By. Agustiawan Hapsul Jaat
Penulis
sengaja menyamarkan nama tokoh dalam cerita ini karna penulis
beranggapan bahwa nama tokoh dalam cerita ini sangat lah tidak baik
untuk diketahui karna menyangkut khalayak luas.
Tomi dan Sari adalah sepasang kekasih yang serasi walaupun keduanya berasal dari
keluarga yang jauh berbeda latar belakangnya. Keluarga Sari berasal dari
keluarga kaya raya dan serba berkecukupan, sedangkan keluarga Tomi sebaliknya dan hanyalah
keluarga seorang petani miskin yang menggantungkan kehidupannya pada tanah
sewaan penduduk setempat...
Dalam
kehidupan
mereka berdua, Tomi sangat mencintai Sari, Tomi telah melipat
1000 buah burung kertas untuk Sari dan Sari kemudian menggantungkan
burung-burung kertas tersebut pada kamarnya. Dalam tiap burung kertas
tersebut Tomi telah menuliskan harapannya kepada Sari. Banyak sekali
harapan yang
telah Tomi ungkapkan kepada Sari. “Semoga kita selalu saling mengasihi
satu
sama lain”,”Semoga Tuhan melindungi Sari dari Marabahaya dan Semoga kita
mendapatkan kehidupan yang bahagia”,dsb. Semua harapan itu telah
disimbolkan
dalam burung kertas yang diberikan kepada Sari...
Suatu
hari Tomi melipat burung kertasnya yang ke 1001. Burung itu dilipat dengan
kertas transparan sehingga kelihatan sangat berbeda dengan burung-burung kertas
yang lain. Ketika memberikan burung kertas ini, Tomi berkata kepada Sari:..“Sari,
ini burung kertasku yang ke 1001, dalam burung kertas ini aku mengharapkan
adanya kejujuran dan keterbukaan antara aku dan kamu, aku akan segera melamarmu
dan kita akan segera menikah. Semoga kita dapat mencintai sampai kita menjadi
kakek nenek dan sampai Tuhan memanggil kita berdua...!“
Saat mendengar Tomi berkata
demikian, menangislah Sari. Ia berkata kepada Tomi: “Tom, senang sekali aku mendengar semua itu,
tetapi aku sekarang telah memutuskan untuk tidak menikah denganmu karena aku
butuh uang dan kekayaan seperti kata orang tuaku...!”
Saat
mendengar
itu Tomi pun bak disambar petir disiang bolong. Ia kemudian mulai marah
kepada
Sari. Ia mengatai/mencercai dengan beribu argumen tentang Sari matre,
orang tak berperasaan, kejam, dan sebagainya, dan Akhirnya Tomi
meninggalkan Sari menangis seorang diri...
Tomi
mulai terbakar semangatnya. Ia pun bertekad dalam dirinya bahwa ia harus sukses
dan hidup berhasil. Sikap Sari dijadikannya cambuk untuk maju dan terus maju. Dalam
Sebulan usaha Tomi menunjukkan hasilnya. Ia diangkat menjadi kepala cabang di
mana ia bekerja dan dalam setahun ia telah diangkat menjadi manajer sebuah
perusahaan yang bonafide dan tak lama kemudian ia mempunyai 50% saham dari
perusahaan itu. Sekarang tak seorangpun tak kenal dengan Tomi, ia adalah bintang
kesuksesan.
Suatu
hari Tomi pun berkeliling kota dengan mobil barunya. Tiba-tiba dilihatnya sepasang
suami-istri tua tengah berjalan di dalam derasnya hujan. Suami istri itu
kelihatan lusuh dan tidak terawat. Tomi pun penasaran dan mendekati suami
istri itu dengan mobilnya dan ia mendapati bahwa suami istri itu adalah orang
tua Sari...
Tomi
mulai berpikir untuk memberi pelajaran kepada kedua orang itu, tetapi hati
nuraninya melarangnya sangat kuat. Tomi pun membatalkan niatnya dan ia membuntuti
kemana perginya orang tua Sari tersebut...
Tomi
sangat terkejut ketika didapati orang tua Sari memasuki sebuah makam yang
dipenuhi dengan burung kertas. Ia pun semakin terkejut ketika ia mendapati foto
Sari dalam makam itu. Tomi pun bergegas turun dari mobilnya dan berlari ke
arah makam Sari untuk menemui orang tua Sari...
Orang tua Sari pun berkata kepada Tomi :
”Tom, sekarang kami jatuh miskin.
Harta kami habis untuk biaya pengobatan Sari yang terkena kanker rahim ganas.
Sari menitipkan sebuah surat kepada kami untuk diberikan kepadamu jika kami
bertemu denganmu.”
Orang tua Sari menyerahkan sepucuk surat kumal
kepada Tomi...
Tomi membaca surat itu.
“Tomi, maafkan aku. Aku terpaksa membohongimu.
Aku terkena kanker rahim ganas yang tak mungkin disembuhkan. Aku tak mungkin
mengatakan hal ini saat itu, karena jika itu aku lakukan, aku akan membuatmu
jatuh dalam kehidupan sentimentil yang penuh keputus-asaan yang akan membawa
hidupmu pada kehancuran. Aku tahu semua tabiatmu Tom, karena itu aku lakukan
ini. Aku mencintaimu Tomi…
Setelah membaca surat itu, menangislah Tomi. Ia telah berprasangka terhadap Sari begitu kejamnya. Ia pun mulai merasakan betapa hati Sari teriris-iris ketika ia mencemoohnya, mengatainya matre, kejam dan tak berperasaan. Ia merasakan betapa Sari kesepian seorang diri dalam kesakitannya hingga maut menjemputnya, betapa Sari mengharapkan kehadirannya di saat-saat penuh penderitaan itu. Tetapi ia lebih memilih untuk menganggap Sari sebagai orang matre tak berperasan. Sari telah berkorban untuknya agar ia tidak jatuh dalam keputusasaan dan kehancuran.
Semoga kita semua dapat mengambil hikmah dibalik Kisah Cinta Tomi dan
Sari tersebut...
dapat di ambil kesimpulan bahwa “Cinta bukanlah sebuah pelukan atau ciuman tetapi cinta adalah pengorbanan untuk orang yang sangat berarti bagi kita”...
Apa
kesimpulan Anda setelah membaca cerita diatas :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar