HANYA
SEBUAH KADO TITIPAN TUHAN
By. Agustiawan Hapsul Jaat
Pagi
seperti biasanya, Putri langkah kan kaki menelusuri lorong lorong koridor
sekolah menapaki jejak menuju kelas. Saat itu hanya ada beberapa siswa yang
hilir mudik berjalan santai menuju kelas masing masing. Terik matahari yang
mulai meninggi. Namun, pagi itu tampak sepi. Langkah Putri yang perlahan
berjalan santai agak lambat seakan akan tak berpijak lagi pada sang bumi.
Tibalah Putri dikelas hanya seorang diri lalu segera duduk dikursinya yang
berada di pojok belakang. Matanya agak terlihat sembab, sipit seperti anak
cina. Tanpa kata hanya diam dalam berjuta bahasa. Namun matanya yang berbicara
dengan apa yang telah terjadi, matanya sekali lagi menerawang waktu itu,
sebelum terjadi sesuatu yang membuatnya jadi seperti ini, seperti kehilangan
arah untuk hidup, seakan bila awan mendung yang berada di langit yang
memuntahkan air matanya tak lagi menghadirkan cahaya cerahnya mentari, bahkan
di saat air mata langit mulai mereda menetespun tak akan bisa ditemui lagi pelangi,
serta waktu pun mungkin tak terasa berjalan lagi, dan
satu hal yang ingin Putri inginkan hanyalah ingin pergi bersamanya...menyusulnya....“ huft “ hela nafas Putri.
Masih
jelas memori ingatan seperti apa masa masa indah bersamanya, semua tampak
begitu indah, keceriaan yang menghiasi kebersamaan mereka, dan apabila ada duka
yang menghampiri tetap akan hadir keceriaan lagi. Putra, satu nama yang telah
beberapa tahun belakangan ini mengisi hari hari yang Putri lalui. Tapi seketika
ibarat pelangi tertutup kabut awan kelabu tanpa pernah lagi warna warna itu
muncul, semenjak bermula satu minggu lalu dimana hari itu telah terjadi sesuatu
pada Putra kekasihnya, Putra mengalami sebuah kecelakaan tertabrak bus yang
sedang melintasi jalan yang mengakibatkan seketika itu juga menghembuskan nafas
terakhir, pergi berada kealam
yang berbeda. Putra telah pergi untuk selamanya tanpa pernah ada kesempatan
untuk kembali.
Tanpa
Putri sadari, dua sosok cowok sedari tadi telah memperhatikan Putri, salah satu
dari mereka menghampiri Putri sementara yang satunya masih tetap berdiri
memantau dari kejauhan.
“ hai ! “ sapa cowok misterius menghampiri Putri.
“ hai ! “ sapa cowok misterius menghampiri Putri.
Tersentak
dari lamunan, Putri menatap asal suara dan tanpa di sadari, satu sosok cowok
telah berada duduk disampingnya.
“
kamu siapa ? “ mulai berbicara , Tanya Putri yang agak terkejut akan kehadiran
cowok itu. Sambil tersenyum cowok itupun menjawab. “ aku Ricky, kamu tentu sangat
mengenalku Putri.
Tersentak
dari satu sosok yang berada di sebelahnya itu, Putri berusaha mengingat “ siapa
dia ? mengapa bisa mengenal ku ? “ Tanya Putri pada dirinya. “ ah entahlah ! “
Putri pun membuyarkan fikirannya seakan ingatannya buntu untuk mengingat ingat
apapun yang ada. “ aku mengerti perasaan mu, kehilangan itu satu hal yang menyedihkan. “ ucapnya
lembut.
Putri
merasa heran dengan sosok cowok tersebut. Seakan cowok itu tahu semua tentang
Putri. “ Tapi siapa? “ satu tanda Tanya yang muncul di dalam benak Putri.
“ apa yang harus kamu mengerti tentang aku ? diri ku dan keadaan ku ? “ ucap Putri agak sinis. “ karena aku sama seperti mu Putri. Aku pun kehilangan! “ raut wajah Ricky berubah muram, Ricky menunduk, Ricky pun mulai bercerita lagi. Sontak membuat Putri menjadi merasa bersalah atas ucapan yang baru saja Putri lontarkan.
“ Aku juga seperti mu Put, aku juga turut merasakan apa yang Ia rasakan, kehilangan...! aku tak bisa mengelak kenyataan, takdir memang terkadang tak seirama dengan apa yang kita inginkan. Aku tak bermaksud meninggalkannya. Andai dia tahu, aku tak sanggup melihat Ia menangis. Ingin aku memeluknya, menenangkannya, menghapus kesedihannya dan satu hal yang aku ingin lakukan. Aku ingin membuat Ia tersenyum.
Tapi, hal itu tak bisa untuk aku lakukan untuknya.
Sikapnya seperti kamu saat ini Put, Membuat aku tidak tenang meninggalkannya
pergi jauh ! “ ucap Ricky bercerita menerawang lurus kedepan.
“ kenapa kau harus meninggalkannya, jika kau tak ingin melihat kesedihannya ? Tanya Putri merasa heran.
“Put, kau tentu akan mengerti dengan sendirinya maksud dari kata yang baru
saja aku lontarkan“ nada Ricky yang misterius.
Tampak
dari kejauhan satu sosok cowok yang melihat Putri dan Ricky. Ia ingin rasanya
pergi mendekat menghampiri lalu memeluk Putri, ada rasa kesedihan yang
memilukan melihat Putri yang seperti itu. Namun dari luar muncul dua cewek
masuk kekelas yang sedang tengah berbincang bincang satu sama lain. Melihat
Putri yang sedang duduk, mereka pun menghampiri.
“Putri! “ sapa Sesil lalu mendekat menghampiri Putri. Sontak Putri pun tersentak dan memandang mereka.
“ kamu yang sabar ya, nggak terasa sudah satu minggu kamu baru masuk ke sekolah.
Kami kangen sama kamu, tau... “ ucap Nindi agak centil mencoba menghibur
Putri sambil memeluk sahabatnya itu.
“nggak ada yang akan abadi Put ! meski dia telah tiada, percayalah! dia pasti nggak akan inginkan orang yang Ia tinggalkan seperti kamu ini Put, murung nggak habis habisnya! masih ada warna lain dari cinta yaitu kita sahabat kamu. “ Ucap Sesil secara hati hati berusaha menghibur.
“iya Sob, mungkin aku hanya belum terbiasa dengan keadaan seperti ini“ ucap Putri menenangkan diri.
Teringat
Putri akan sosok Ricky. Putri menelusuri sudut pandangnya kesegala arah. Tampak
bingung raut wajahnya mencari cari satu sosok yang beberapa waktu lalu menemani
Putri dan secepat kilat tanpa disadari dengan waktu yang bersamaan datangnya
Sesil dan Nindi masuk kekelas menghampiri Putri. Sosok Ricky telah raib,
ditelan bumi hilang entah kemana. Meninggalkan tanda Tanya yang menggantung.
“ada apa Put? apa yang sedang kamu cari? “ Tanya Sesil agak heran.
“aku mencari Ricky, Sil...! tadi sebelum kalian berada di sini, dia ada. Kalian ada nggak melihat dia pergi? “ Tanya Putri.
“Ricky...? siapa dia? kita hanya bertiga dikelas ini, gak ada yang lain“ jawab Sesil.
“ ye…kamu ini Put, ngelawak ya ? nggak lucu deh,,,masih pagi tau! celoteh Nindi.
Putri
tak menghiraukan ocehan Nindi, Putri malah merasa bingung, heran dan terus
berusaha mencari sosok Ricky yang misterius. Datang secara tiba tiba dan pergi
tanpa di duga. Putri melangkahkan kaki keluar teras kelas dari kejauhan Putri
melihat Ricky dan satu sosok cowok, mereka menoleh kearah Putri dengan
memandang tanpa ekspresi. Tak ada tawa maupun air mata. Tatapan yang tak bisa
dijelaskan. Perlahan sosok mereka pergi semakin menjauh menghilang di lorong
lorong kelas.
“hei...! “sapa Nindi mengejutkan"...
“oh ya, kenapa? “ Putri terkejut"...
“masuk yuk, ada sesuatu yang pengen aku sampein nih... “menarik Putri yang di teras luar menuju kedalam kelas"...
“Put...“ dengan hati hati kini Nindi berkata...“ dua hari yang lalu, teman yang di bonceng oleh Putra meninggal setelah koma beberapa hari di rumah sakit akibat kecelakaan itu...“
“apa...?
Putri
tak mengetahui tentang hal itu, yang Ia tahu hanyalah kekasihnya. Putri shock
pada berita meninggalnya kekasihnya. Semenjak saat itu tak ada lagi yang Putri
tahu, Putri hanya mengurung dirinya di kamar tanpa mengetahui lagi tentang
dunia luar. Baru seminggu setelah kejadiaan itu Putri pun berhenti menyendiri
dan hingga tiba saat ini baru Putri melangkahkan kaki ke sekolah.
“temannya itu sama seperti kamu Put, Ia punya kekasih Dan seperti sama yang kamu rasa.“ sambung Nindi bercerita lagi.
“aku gak tau tentang temannya itu Nindi, siapa namanya ? “ tanya Putri masih dalam berduka...
“ seingat aku kiki gitu deh namanya… aku juga kurang tahu banyak sih, tapi et...tunggu bentar ! “ Nindi mengeluarkan hanphone dari saku bajunya lalu mengotak atik dan memperlihatkan sebuah foto dan menunjuk salah satu dari mereka yang ada didalam foto itu. “ ini dia “ telunjuk tangan Nindi menunjuk satu sosok yang ada didalam foto tersebut.
Oo..o…,, Putri sontak lagi lagi terkejut, hari yang aneh penuh dengan kejadian yang membingungkan dengan misteri teka teki penuh tanda Tanya. Foto yang di tunjuk oleh Nindi tak lain ialah Ricky yang baru beberapa waktu lalu hadir disini menemui Putri. Sosok yang misterius meninggalkan tanda Tanya di kepala Putri kini sudah terjawab siapa dia. Putri hanya menahan air mata yang seakan memang telah habis terkuras kering tak berair. Terang saja, hal ini yang membuat matanya sembab. Keadaan hening walau secara normal suasana saat itu telah riuh. Tanpa di sadari bel pun telah berbunyi menandakan jam pelajaran pertma akan segera di mulai.
“
aku juga seperti mu Put, aku juga turut merasakan apa yang Ia rasakan,
kehilangan..... ! aku tak bisa mengelak kenyataan. takdir memang terkadang tak
seirama dengan apa yang kita inginkan. Aku tak bermaksud meninggalkannya. Andai
dia tahu, aku tak sanggup melihat Ia menangis. Ingin aku memeluknya,
menenangkannya, menghapus kesedihannya dan satu hal yang aku ingin lakukan. Aku
ingin membuat Ia tersenyum. Tapi, hal itu tak bisa tuk aku lakukan untuknya.
Sikapnya seperti kamu saat ini Put. Membuat aku tidak tenang meninggalkannya
pergi jauh ! “
Ucapan Ricky yang pagi tadi masih terngiang di telinga Putri. Entah mengapa, seakan kata kata itu menyiratkan punya pesan tersendiri untuk Putri. Putri melihat bintang dari jendela kamarnya menyendiri terus memandangi langit. “ engkau pasti berada di antara bintang itu, Putra. “ ucap Putri. Tatapan yang merasakan kesepian. Rasa kehilangan itu sampai detik ini pun masih terasa. Baru saja Putri bersama sama tertawa namun karena waktu, kini Putra pun telah tiada.
Malam pun semakin larut. Jam dinding telah menunjukkan pukul dua dini hari. Namun rasa kantuk belum juga menyerang mata Putri. Putri masih menatap langit dengan tatapan hampa terpaku menerawang dimensi lalu saat saat indah bersama Putra sang kekasihnya. Hingga Putri pun mulai lelah, beranjak menutup jendula. Putri pun merebahkan badannya di kasur dan mulai berkelana kealam bawah sadarnya.
Ucapan Ricky yang pagi tadi masih terngiang di telinga Putri. Entah mengapa, seakan kata kata itu menyiratkan punya pesan tersendiri untuk Putri. Putri melihat bintang dari jendela kamarnya menyendiri terus memandangi langit. “ engkau pasti berada di antara bintang itu, Putra. “ ucap Putri. Tatapan yang merasakan kesepian. Rasa kehilangan itu sampai detik ini pun masih terasa. Baru saja Putri bersama sama tertawa namun karena waktu, kini Putra pun telah tiada.
Malam pun semakin larut. Jam dinding telah menunjukkan pukul dua dini hari. Namun rasa kantuk belum juga menyerang mata Putri. Putri masih menatap langit dengan tatapan hampa terpaku menerawang dimensi lalu saat saat indah bersama Putra sang kekasihnya. Hingga Putri pun mulai lelah, beranjak menutup jendula. Putri pun merebahkan badannya di kasur dan mulai berkelana kealam bawah sadarnya.
Saat
itu di mimpinya, Putri tengah berada di taman yang indah, tampak sebuah telaga
dan ada sebuah kursi kecil di tepi telaga, tampak satu sosok cowok yang tak
asing lagi bagi Putri. Putri sangat mengenalnya. Ya, itu adalah Putra
kekasihnya. Putri pun berlari menghampiri Putra yang menyambut kedatangan Putri
dengan sunyuman. “Sayang.... aku merindukan mu, aku kesepian tanpa kehadiran
mu.” Sapa manja Putri sambil memeluk Putra.
“ sayang, aku juga merindukan mu.” Membalas pelukan Putri.
“ sayang, aku tak ingin melihat kau larut dalam kesedihan, maukah kau berjanji satu hal untuk aku ? Tanya Putra.
“ apa itu ? “
“ aku ingin kau selalu tersenyum meski tanpa ada aku menemani mu di samping mu sayang ? berjanjilah pada ku jika kau memang mencintai ku. “ ucap lembut Putra.
“ aku tak bisa Putra, aku tak bisa !. “ air mata Putri perlahan mulai menetes.
“ kamu pasti bisa ! mengertilah tentang hidup. Sadari keadaan ! apa yang ada di dalam hidup ini hanyalah sebuah titipan, tanpa kita sadari, Tuhan bisa saja mengambilnya. “ kata Putra lembut menjelaskan.
“ apa ini memang harus aku lakukan Putra ? “
“ iya sayang, tersenyumlah. Aku akan tenang berada diatas sana. Percayalah, aku selalu mengingatmu. Aku akan merasa sedih jika kau selalu menangis karena kepergian ku. Aku ingin kamu bisa jadi sosok yang tegar meski tanpa aku. Memang aku tak inginkan adanya perpisahan di antara kita. Namun, waktulah yang telah memanggil ku sayang…”
“ sayang, aku juga merindukan mu.” Membalas pelukan Putri.
“ sayang, aku tak ingin melihat kau larut dalam kesedihan, maukah kau berjanji satu hal untuk aku ? Tanya Putra.
“ apa itu ? “
“ aku ingin kau selalu tersenyum meski tanpa ada aku menemani mu di samping mu sayang ? berjanjilah pada ku jika kau memang mencintai ku. “ ucap lembut Putra.
“ aku tak bisa Putra, aku tak bisa !. “ air mata Putri perlahan mulai menetes.
“ kamu pasti bisa ! mengertilah tentang hidup. Sadari keadaan ! apa yang ada di dalam hidup ini hanyalah sebuah titipan, tanpa kita sadari, Tuhan bisa saja mengambilnya. “ kata Putra lembut menjelaskan.
“ apa ini memang harus aku lakukan Putra ? “
“ iya sayang, tersenyumlah. Aku akan tenang berada diatas sana. Percayalah, aku selalu mengingatmu. Aku akan merasa sedih jika kau selalu menangis karena kepergian ku. Aku ingin kamu bisa jadi sosok yang tegar meski tanpa aku. Memang aku tak inginkan adanya perpisahan di antara kita. Namun, waktulah yang telah memanggil ku sayang…”
Dengan berat hati “ Putra, aku akan
mencoba ! .” ucap Putri sambil berusaha menampakkan senyumannya.
“ aku ingin hati mu rela agar aku bisa tenang sayang. “ kata Putra.
“ aku ingin hati mu rela agar aku bisa tenang sayang. “ kata Putra.
Dari telaga itu, berlabuh sebuah kapal besar entah berasal dari mana. Tampak di atas kapal terlihat Ricky yang melambaikan tangan kearah Putri dan Putra.
“ sayang aku akan pergi, waktu ku telah menjemput ! ingat pesan ku.”
“ aku ingin ikut bersamamu Putra. Jangan tinggalkan aku,..” rengek Putri.
“ jangan sekarang sayang, percaya yakinkan aku di sana akan selalu menunggu mu.” Putra kecup kening Putri sebelum beranjak melangkah kan kaki kekapal.
“ sayang, biarkan aku tenang diatas sana tanpa kau usik dengan kesedihan mu karena aku. “ ucap Putra terakhir kalinya.
Kapalpun perlahan menjauh membawa Putra dan Ricky pergi, ada rasa enggan di hati namun Putra tak bisa berbuat apa apa terhadap keadaan. Ada tampak kesedihan diraut wajah putra. Sementara itu Putri dari pinggir telaga terus menerus memanggil manggil Putra “ jangan tinggalkan aku Putra…… jangan ……….! “ terus saja berteriak hingga Putri pun tersadar terbangun dari mimpinya itu. Tampak sepucuk surat telah tergeletak berada di sampingnya. Surat yang entah dari mana, Putri pun membuka untuk segera membacanya.
Putri,,,,,
Terus tampakan selalu senyum mu untuk ku………
Ku tak kan ingin air mata mu menetes memancarkan kesedihan karena diri ku…..
Aku memang bukan jodoh mu di dunia ini,
yakinkanlah ada sesuatuu yang lebih indah dari aku di depan sana menunggu untuk mu……..
Aku mungkin bisa pergi meninggalkan mu……
Tapi tidak cinta ku….
Cinta ini akan tetap ada menanti mu di alam sana…..
Forever
Putra
Terus tampakan selalu senyum mu untuk ku………
Ku tak kan ingin air mata mu menetes memancarkan kesedihan karena diri ku…..
Aku memang bukan jodoh mu di dunia ini,
yakinkanlah ada sesuatuu yang lebih indah dari aku di depan sana menunggu untuk mu……..
Aku mungkin bisa pergi meninggalkan mu……
Tapi tidak cinta ku….
Cinta ini akan tetap ada menanti mu di alam sana…..
Forever
Putra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar