Bukan Kisah Yang Sempurna
by : Agustiawan Hapsul Jaat
Malam ini, memang kelihatan lebih bersinar dengan hadir bulan
purnama. Mungkin sang empunya cahaya malam itu iba melihatku melewati
gelapnya malam tanpa seorangpun di sisiku. Tapi tak ia sadari, hadirnya
malah membuat kegundahan hati ini semakin terlihat.
Aku diam, mataku terpejam di kamar yang mungkin tak pantas kau sebut
kamar, dalam heningku, pandanganku jauh, menembus dimensi cakrawala
waktu, aku melihat ke masa lampau, saat aku masih bermimpi tentangmu.
Betapa indahnya impianku saat itu, aku duduk di kursi taman, kamu ada
disisi, dengan bunga-bunga bertebaran di sekeliling kita, entah malaikat
mana yang baik hati menaburi taman ini dengan puspa nan indah. Aku
bercerita tentangnya indahnya dunia dan kamu menyambutnya dengan senyum
manis khasmu, indahnya malam yang saat itu dihiasi bulan purnama masih
kalah jauh dibandingkan dengan eloknya wajahmu. Dan kita melewati malam
itu dengan penuh suasana firdaus. Oh indahnya. Setelah beberapa saat aku
tersadar dan membuka matak kembali dan tersadar itu semua
hanyalah angan, angan yang mungkin tak lagi bisa kucapai. Ah sekarang
andai kamu masih ada disisi mencipta harapan.
Pernah kita melewati hari-hari bersama. Selama itu aku senantiasa
berusaha menjadi pemenuh harapanmu. Selalu. Tak pernah sedetikpun aku
alihkan perhatianku padamu, hingga udara yang kuhirup pun cemburu
padamu, saking gilanya aku padamu. Iya aku pernah gila, perasaan yang
sampai sekarang masih berusaha kumengerti. Bahkan setiap orang yang
melihat aku bersamamu, mereka pasti tahu akan gerak gerikku, aku yang
menyukaimu. Namun kau tak pernah mengerti, apa yang sedang kurasa.
Aku tak pernah putus asa, aku masih percaya bahwa benih cinta
akan selalu tumbuh bahkan di tempat yang infertile sekalipun. Ya
infertile, di tanah yang tak subur sekalipun cinta bisa tumbuh, aku
percaya, aku yakin kesabaranku bisa meruntuhkan kerasnya benteng
perasaanmu. Tapi apa yang terjadi? Kau diam, selalu diam seribu bahasa ketika aku ajak bicara tentang hubungan ini. Ribuan
hari aku lewati bersamamu. Hingga aku harus terpisah denganmu, kau tak
pernah mau mengerti. Aku tak pernah bisa memahami betapa misteriusnya
hatimu, mengapa perasaan wanita itu begitu kompleks.
"aku masih percaya bahwa benih cinta akan selalu tumbuh bahkan di tempat yang infertile sekalipun"...
Sampai sebulan yang lalu, aku masih bertahan dengan harapan itu,
hidup dengan perhatian itu untukmu. Hingga seorang dari masa lalu hadir
memberitahuku, akupun jadi mengerti bahwa kau mencintai satu pria, dan
jelas pria bukan aku. Mungkin aku sudah lama tak melihatmu, semenjak
kita terpisah jarak, tapi aku bisa membayangkan betapa bahagianya
dirimu, kamu akan dilamar oleh pria ini bukan? Iya, orang itu
menceritakannya semuanya padaku. Kamu sebenarnya mengerti akan
perhatianku, namun kau memilih diam.
Kecewa aku mendengar ceritanya, kecewa. Bukan karena aku tidak suka
melihat kamu bahagia. Aku kecewa, pada sikapmu padaku dahulu, namun aku
lebih kecewa, bahwa bukan diri ini yang ada dibalik kebahagianmu saat
ini. Sakit. aku memang tak pernah berhati besar, untuk mengerti bahwa
kau yang pernah kucintai sepenuh hatiku, hingga setiap tetes darah yang
melewati hati sebelum menyebar ke seluruh tubuhku ini tahu betapa besar
aku menaruh harap padamu. Tapi kamu memilih orang lain untuk
menyempurnakan hidupmu.
Dan hingga saat ini kau masih diam, seribu bahasa, Malam ini, aku
bertanya pada rembulan yang masih bersinar di langit sana, Apakah aku,
orang yang memperlakukanmu dengan begitu baik selama ini harus merasakan
diammu sampai saat ini? Kau tahu, diammu itu sungguh menyesakkan dada,
andai kau mau angkat bicara tentang hubunganmu dengannya, mungkin aku
tak pernah sesakit ini, semenderita ini.
Aku hanya menyayangkan sikap diammu itu. Aku tak
menyalahkanmu, tak pernah. Kamu yang dulu pernah mengisi aliran darah
ini, membuatku kenal baik dirimu, meski aku tak pernah bisa menjangkau
bahasa hatimu, aku yakin kau tak pernah merancang ini semua untuk
menyakitiku. Semoga saja begitu. Dan sampai saat ini aku masih bangga
pada diri ini, aku pernah memperjuangkan rasa ini, pernah
memperlakukanmu dengan cara terbaik yang aku mampu.
Kini, mungkin sudah saatnya aku mengakhiri kisah kita, kisah yang tak
pernah menjadi sempurna, bahkan untuk menjadi kisah yang baik
sekalipun. Meski sejatinya aku tak pernah yakin, setiap kepingan
kenangan ini sudah pasti akan terus menghantuiku, entah sampai kapan.
Kini, saatnya aku mencari seseorang yang lain, seseorang yang bukan
kamu, seseorang yang akan melengkapi kisah hidupku sehingga menjadi
kisah yang sempurna, semoga masih ada seseorang di dunia ini yang akan
mengisi puzzle yang hilang di hatiku dengan penuh cinta.
"semoga masih ada seseorang di dunia ini yang akan mengisi puzzle yang hilang di hatiku dengan penuh cinta."...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar