Rabu, 24 April 2013

SETIA SEPANJANG USIA

SETIA SEPANJANG USIA

By. Agustiawan Hapsul Jaat

 

Disebuah rumah yang sederhana tinggal sepasang suami istri yang sudah memiliki usia senja/tua. pasangan ini telah dikaruniai lima orang anak yang telah berkeluarga dan mempunyai kehidupan sendiri yang mapan dan hanya satu yang bungsu yang belum berkeluarga.

 

Sang suami adalah seorang pensiunan sedangkan istrinya seorang ibu rumah tangga. suami istri tersebut lebih memilih untuk hidup dan tetap tinggal dirumahnya dan menolak untuk tinggal bersama anak-anaknya yang sudah berkeluarga.

 

Sang suami merupakan seorang pensiunan sedangkan istrinya seorang ibu rumah tangga. Suami istri ini lebih memilih untuk tetap tinggal dirumah mereka menolak ketika putra mereka menawarkan untuk ikut pindah bersama mereka

 

Jadilah mereka, sepasang suami istri yang hampir renta itu menghabiskan waktu mereka yang tersisa dirumah yang telah menjadi saksi berjuta peristiwa dalam keluarga itu. 

 

Suatu senja ba'da isya disebuah masjid tak jauh dari rumah mereka, sang istri tidak menemukan sandal yang tadi dikenakannya ke masjid tadi. 

 

Saat sibuk mencari, suaminya datang menghampiri “Kenapa Bu?” Istrinya menoleh sambil menjawab “Sandal Ibu tidak ketemu ayah” ya sudah pakai ini saja "kata sang suaminya sambil menyodorkan sandal yang dipakainya. walaupun agak ragu sang istri tetap memakai sandal itu dengan berat hati menuruti perkataan suaminya, karna sang istri jarang sekali ia membantah apa kata sang suaminya tersebut.

 

mengerti akan kegundahan istrinya sang suami mengeratkan genggaman pada tangan sang istrinya. bagaimanapun usahaku untuk berterimakasih pada kaki sang istri ku yang telah menopang hidupku selama puluhan tahun itu. tak kan pernah setimpal terhadap apa yang telah dilakukannya.

 

kaki yang selalu berlarian kecil menyambutku untuk membukakan pintu untukku saat aku pulang. kaki yang telah mengantarkan anak-anakku pergi kesekolah tanpa kenal lelah, serta kaki yang menyusuri berbagai tempat mencari berbagai kebutuhan ku dan anak-anakku.

 

sang istri tersenyum memandang suaminya dengan senyuman yang tulus, dan akhirnya mereka pun mengarahkan langkah menuju rumah tempat bahagia mereka.

 

Karena usia yang telah lanjut dan penyakit tua yang dideritanya, sang istri mulai mangalami gangguan penglihatan. Saat ia kesulitan merapikan kukunya, sang suami dengan lembut mengambil gunting kuku dari tangan istrinya. 

 

Jari-jari yang mulai keriput itu dalam genggamannya mulai dirapikan dan setelah selesai sang suami mencium jari-jari itu dengan lembut dan bergumam “Terimakasih ya, Bu ”. “Tidak, Ibu yang terimakasih sama ayah, telah membantu memotong kuku Ibu” tukas sang istri tersipu malu.

 

“Terimakasih untuk semua pekerjaan luar biasa yang belum tentu sanggup aku lakukan. Aku takjub betapa luar biasanya Ibu. Aku tau semua takkan terbalas sampai kapanpun” kata suaminya tulus.

 

Dua titik bening menggantung disudut mata sang istri “ayah kok bicara begitu? Ibu senang atas semuanya yah, apa yang telah kita lalui bersama adalah luar biasa.

 

Ibu selalu bersyukur atas semua yang dilimpahkan pada keluarga kita, baik ataupun buruk. Semuanya dapat kita hadapi bersama.”

 

Hari Rabu yang cerah setelah beberapa hari hujan.Pagi itu sang suami entah mengapa tiba-tiba berpamitan pada sang istri untuk membersihkan keranda yang ada dimasjid yang berada dirumah mereka, ia menoleh sekali lagi pada sang istri menatap tepat pada matanya sebelum akhirnya melangkah pergi.

 

Sore itu sang suami baru bangun istirahat siang, dan anaknya yang paling bungsu menghampiri ayahnya untuk menceritakan keluhannya. ternyata anaknya mendapatkan masalah disekolahnya dengan riang ayahnya menjawab sambil tersenyum dengan candaannya yang khas kepada anaknya tersebut.

 

Sang Suami sholat ashar karena waktu itu adzan telah dikumandangkan. Tak ada tanda yang tak biasa di mata dan perasaan sang istri yang tak pernah diduganya. Ternyata sore itu sang suami tercinta telah menyelesaikan perjalanannya di dunia. Ia telah pulang menghadap sang penciptanya ketika suaminya sholat Ashar, tepatnya saat duduk membaca Tahyat terakhir.

 

Masih dalam posisi duduk sempurna dengan telunjuk kearah Kiblat, ia menghadap Yang Maha Kuasa.

 

“Subhanallah sungguh akhir perjalanan yang indah” gumam sang istri setelah menyadari kalau sang suami tercinta telah tiada.

 

Sang istri terbayang tatapan terakhir suaminya saat mau sholat. Terselip tanya dalam hatinya, mungkinkah itu sebagai tanda perpisahan pengganti ucapan selamat tinggal Ataukah suaminya khawatir meninggalkannya sendiri didunia ini. Ada gundah menggelayut dihati sang istri. Walau masih ada anak-anak yang akan mengurusnya.

 

Tapi kehilangan suami yang telah didampinginya selama puluhan tahun cukup membuatnya terguncang. Namun ia tidak mengurangi sedikitpun keikhlasan dihatinya yang bisa menghambat perjalanan sang suami menghadap Sang Khalik.

 

Dalam do’a dia selalu memohon kekuatan agar dapat bertahan dan juga memohon agar suaminya ditempatkan pada tempat yang layak.

 

Tak lama setelah kepergian suaminya, sang istri bermimpi bertemu dengan suaminya. Dengan wajah yang cerah sang suami menghampiri istrinya dan menyisir rambut sang istri dengan lembut. “Apa yang ayah lakukan?’ tanya istrinya senang bercampur bingung.

 

“Ibu harus kelihatan cantik, kita akan melakukan perjalanan panjang. ayah tidak bisa tanpa Ibu, bahkan setelah kehidupan didunia berakhir, ayah selalu butuh Ibu. Saat disuruh memilih pendamping ayah bingung, kemudian bilang pendampingnya tertinggal, ayahpun mohon izin untuk menjemput Ibu.” Istrinya menangis sebelum akhirnya berkata “Ibu ikhlas Ayah pergi, tapi Ibu juga tidak bisa bohong kalau Ibu takut sekali tinggal sendiri.. Kalau ada kesempatan mendampingi ayah sekali lagi dan untuk selamanya tentu saja tidak akan Ibu sia-siakan."

 

Sang istri mengakhiri tangisannya dan menggantinya dengan senyuman.
Senyuman indah dalam tidur panjang selamanya.

 

 

Ter-untuk :

Cerita ini benar terjadi dikehidupannya nyata. tokoh dalam cerita ini adalah tidak lain dan tidak bukan yaitu untuk ayah kami tercinta  Alm. HAPSUL JAAT serta ibunda kami YUNIARTI.

Dari Anak Kalian :

  1. SAIDINA

  2. ZAINUDIN

  3. ASIM

  4. SANDI

  5. AGUSTIAWAN

    ....WE LOVE YOU FATHER AND MOTHER....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar