Kamis, 25 April 2013

Kisah Renungan Seorang Wanita dan Tukang Besi

Ketika si tukang besi sedang duduk di rumahnya melepas lelah setelah seharian bekerja, tiba-tiba terdengar pintu rumahnya diketuk orang. Si tukang besi keluar untuk melihatnya, pandangannya menubruk pada sesosok wanita cantik yang tak lain adalah tetangganya. 
 
 
“Saudaraku, aku menderita kelaparan. Jika bukan karena tuntutan agamaku yang menyuruh untuk memelihara jiwa (hifdz al-Nafs), aku tidak akan datang ke rumahmu. Maukah engkau memberikan makanan padaku karena Allah?” Tutur wanita itu.


Ketika itu, memang tengah datang musim paceklik (kemarau). Sawah dan ladang mengering. Tanah pecah berbongkah-bongkah. Padang rumput menjadi tandus hingga hewan ternak menjadi kurus dan akhirnya mati. Makanan menjadi langka, maka tak pelak kelaparan melanda sebagian besar penduduk desa itu. Hanya sebagian kecil yang masih bisa bertahan.


“Tidakkah engkau tahu bahwa aku mencintaimu? Akan kuberi engkau makanan, tetapi engkau harus melayaniku semalam,” kata tukang besi itu.

 
Si tukang besi memang jatuh hati kepada tetangganya itu. Dia merayunya dengan berbagai cara dan taktik, namun tak juga berhasil meluluhkan hati wanita itu.

 
“Lebih baik mati kelaparan daripada durhaka kepada Allah,” ujar wanita itu lagi sambil berlalu menuju rumahnya. Setelah dua hari berlalu, wanita itu kembali mendatangi rumah si tukang besi dan mengatakan hal yang sama. Demikian pula jawaban si tukang besi.

 
Ia akan memberi makanan asalkan wanita itu mau menyerahkan dirinya. Mendengar jawaban yang sama, wanita itupun kembali ke rumahnya. Dua hari kemudian, wanita itu datang lagi ke rumah tukang besi itu dalam keadaan payah. Suaranya parau, matanya sayu, dan punggungnya membungkuk karena menahan lapar yang tiada tara. Ia kembali mengatakan hal serupa. Begitu pula jawaban si tukang besi, sama dengan yang sudah-sudah. Wanita itu kembali ke rumahnya dengan tangan kosong untuk kali ketiga.


Ketika itulah, Allah memberikan hidayah-Nya kepada si tukang besi. “Sungguh celaka aku ini, seorang wanita mulia datang kepadaku, dan aku terus berlaku dzalim kepadanya,” tutur tukang besi dalam hatinya. “Ya Allah aku bertaubat kepada-Mu dari perbuatanku dan aku tidak akan mengganggu wanita itu lagi selamanya.”

 
Si tukang besi itu bergegas mengambil makanan dan pergi ke rumah wanita itu. Diketuknya pintu rumah wanita itu. Tak lama berselang, kerekek…terlihat pintu terbuka dan muncullah sesosok wanita yang nampak kuyu. Melihat si tukang besi berdiri di depan pintu rumahnya, wanita itu bertanya, “Apa keperluanmu datang ke rumahku?”

 
“Aku bermaksud mengantarkan sedikit makanan yang aku punya. Jangan khawatir, aku memberinya karena Allah,” jawab si tukang besi itu.

 
“Ya Allah, jika benar apa yang dikatakannya, maka haramkanlah ia dari api di dunia dan akhirat,” tutur wanita itu seraya menengadahkan kedua tanganya ke langit.

 
Si tukang besi itu pulang ke rumahnya. Ia memasak makanan yang tersisa buat dirinya. Tiba-tiba secara tak sengaja bara api mengenai kakinya, namun kaki si tukang besi itu tidak terbakar. Bergegas ia menemui wanita itu lagi.

 
“Wanita yang mulia, Allah telah mengabulkan doamu,” ujar si tukang besi.

 
Seketika itu, wanita itu sujud syukur kepada Allah.

 
“Ya Allah engkau telah mewujudkan doaku, maka cabutlah nyawaku saat ini juga.” Terdengar suara lirih dari mulut wanita itu dalam sujudnya. Allah kembali mendengar doanya. Wanita itupun berpulang ke Rahmatullah dalam keadaan sujud.

 
Demikianlah kisah seorang wanita yang menjaga kehormatannya meskipun harus menahan rasa lapar yang tiada tara.

 
Setiap muslimah mestinya dapat mengambil i’tibar (pelajaran berharga) dari berbagai kisah wanita sholehah yang telah diuraikan di muka. Merekalah yang mestinya dijadikan suri tauladan dalam kehidupan keseharian, bukan para artis yang menawarkan gaya hidup hedonisme dan materialisme

 
Semoga tulisan sederhana ini membawa banyak manfaat bagi yang membacanya. Segala kesalahan adalah dari saya pribadi, untuk itu saya mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya. Dan kebenaran itu mutlak milik Allah Azza Wa Jalla...Wallahu Musta'an

 
Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu alla ila ha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika...

Rabu, 24 April 2013

SETIA SEPANJANG USIA

SETIA SEPANJANG USIA

By. Agustiawan Hapsul Jaat

 

Disebuah rumah yang sederhana tinggal sepasang suami istri yang sudah memiliki usia senja/tua. pasangan ini telah dikaruniai lima orang anak yang telah berkeluarga dan mempunyai kehidupan sendiri yang mapan dan hanya satu yang bungsu yang belum berkeluarga.

 

Sang suami adalah seorang pensiunan sedangkan istrinya seorang ibu rumah tangga. suami istri tersebut lebih memilih untuk hidup dan tetap tinggal dirumahnya dan menolak untuk tinggal bersama anak-anaknya yang sudah berkeluarga.

 

Sang suami merupakan seorang pensiunan sedangkan istrinya seorang ibu rumah tangga. Suami istri ini lebih memilih untuk tetap tinggal dirumah mereka menolak ketika putra mereka menawarkan untuk ikut pindah bersama mereka

 

Jadilah mereka, sepasang suami istri yang hampir renta itu menghabiskan waktu mereka yang tersisa dirumah yang telah menjadi saksi berjuta peristiwa dalam keluarga itu. 

 

Suatu senja ba'da isya disebuah masjid tak jauh dari rumah mereka, sang istri tidak menemukan sandal yang tadi dikenakannya ke masjid tadi. 

 

Saat sibuk mencari, suaminya datang menghampiri “Kenapa Bu?” Istrinya menoleh sambil menjawab “Sandal Ibu tidak ketemu ayah” ya sudah pakai ini saja "kata sang suaminya sambil menyodorkan sandal yang dipakainya. walaupun agak ragu sang istri tetap memakai sandal itu dengan berat hati menuruti perkataan suaminya, karna sang istri jarang sekali ia membantah apa kata sang suaminya tersebut.

 

mengerti akan kegundahan istrinya sang suami mengeratkan genggaman pada tangan sang istrinya. bagaimanapun usahaku untuk berterimakasih pada kaki sang istri ku yang telah menopang hidupku selama puluhan tahun itu. tak kan pernah setimpal terhadap apa yang telah dilakukannya.

 

kaki yang selalu berlarian kecil menyambutku untuk membukakan pintu untukku saat aku pulang. kaki yang telah mengantarkan anak-anakku pergi kesekolah tanpa kenal lelah, serta kaki yang menyusuri berbagai tempat mencari berbagai kebutuhan ku dan anak-anakku.

 

sang istri tersenyum memandang suaminya dengan senyuman yang tulus, dan akhirnya mereka pun mengarahkan langkah menuju rumah tempat bahagia mereka.

 

Karena usia yang telah lanjut dan penyakit tua yang dideritanya, sang istri mulai mangalami gangguan penglihatan. Saat ia kesulitan merapikan kukunya, sang suami dengan lembut mengambil gunting kuku dari tangan istrinya. 

 

Jari-jari yang mulai keriput itu dalam genggamannya mulai dirapikan dan setelah selesai sang suami mencium jari-jari itu dengan lembut dan bergumam “Terimakasih ya, Bu ”. “Tidak, Ibu yang terimakasih sama ayah, telah membantu memotong kuku Ibu” tukas sang istri tersipu malu.

 

“Terimakasih untuk semua pekerjaan luar biasa yang belum tentu sanggup aku lakukan. Aku takjub betapa luar biasanya Ibu. Aku tau semua takkan terbalas sampai kapanpun” kata suaminya tulus.

 

Dua titik bening menggantung disudut mata sang istri “ayah kok bicara begitu? Ibu senang atas semuanya yah, apa yang telah kita lalui bersama adalah luar biasa.

 

Ibu selalu bersyukur atas semua yang dilimpahkan pada keluarga kita, baik ataupun buruk. Semuanya dapat kita hadapi bersama.”

 

Hari Rabu yang cerah setelah beberapa hari hujan.Pagi itu sang suami entah mengapa tiba-tiba berpamitan pada sang istri untuk membersihkan keranda yang ada dimasjid yang berada dirumah mereka, ia menoleh sekali lagi pada sang istri menatap tepat pada matanya sebelum akhirnya melangkah pergi.

 

Sore itu sang suami baru bangun istirahat siang, dan anaknya yang paling bungsu menghampiri ayahnya untuk menceritakan keluhannya. ternyata anaknya mendapatkan masalah disekolahnya dengan riang ayahnya menjawab sambil tersenyum dengan candaannya yang khas kepada anaknya tersebut.

 

Sang Suami sholat ashar karena waktu itu adzan telah dikumandangkan. Tak ada tanda yang tak biasa di mata dan perasaan sang istri yang tak pernah diduganya. Ternyata sore itu sang suami tercinta telah menyelesaikan perjalanannya di dunia. Ia telah pulang menghadap sang penciptanya ketika suaminya sholat Ashar, tepatnya saat duduk membaca Tahyat terakhir.

 

Masih dalam posisi duduk sempurna dengan telunjuk kearah Kiblat, ia menghadap Yang Maha Kuasa.

 

“Subhanallah sungguh akhir perjalanan yang indah” gumam sang istri setelah menyadari kalau sang suami tercinta telah tiada.

 

Sang istri terbayang tatapan terakhir suaminya saat mau sholat. Terselip tanya dalam hatinya, mungkinkah itu sebagai tanda perpisahan pengganti ucapan selamat tinggal Ataukah suaminya khawatir meninggalkannya sendiri didunia ini. Ada gundah menggelayut dihati sang istri. Walau masih ada anak-anak yang akan mengurusnya.

 

Tapi kehilangan suami yang telah didampinginya selama puluhan tahun cukup membuatnya terguncang. Namun ia tidak mengurangi sedikitpun keikhlasan dihatinya yang bisa menghambat perjalanan sang suami menghadap Sang Khalik.

 

Dalam do’a dia selalu memohon kekuatan agar dapat bertahan dan juga memohon agar suaminya ditempatkan pada tempat yang layak.

 

Tak lama setelah kepergian suaminya, sang istri bermimpi bertemu dengan suaminya. Dengan wajah yang cerah sang suami menghampiri istrinya dan menyisir rambut sang istri dengan lembut. “Apa yang ayah lakukan?’ tanya istrinya senang bercampur bingung.

 

“Ibu harus kelihatan cantik, kita akan melakukan perjalanan panjang. ayah tidak bisa tanpa Ibu, bahkan setelah kehidupan didunia berakhir, ayah selalu butuh Ibu. Saat disuruh memilih pendamping ayah bingung, kemudian bilang pendampingnya tertinggal, ayahpun mohon izin untuk menjemput Ibu.” Istrinya menangis sebelum akhirnya berkata “Ibu ikhlas Ayah pergi, tapi Ibu juga tidak bisa bohong kalau Ibu takut sekali tinggal sendiri.. Kalau ada kesempatan mendampingi ayah sekali lagi dan untuk selamanya tentu saja tidak akan Ibu sia-siakan."

 

Sang istri mengakhiri tangisannya dan menggantinya dengan senyuman.
Senyuman indah dalam tidur panjang selamanya.

 

 

Ter-untuk :

Cerita ini benar terjadi dikehidupannya nyata. tokoh dalam cerita ini adalah tidak lain dan tidak bukan yaitu untuk ayah kami tercinta  Alm. HAPSUL JAAT serta ibunda kami YUNIARTI.

Dari Anak Kalian :

  1. SAIDINA

  2. ZAINUDIN

  3. ASIM

  4. SANDI

  5. AGUSTIAWAN

    ....WE LOVE YOU FATHER AND MOTHER....

Senin, 22 April 2013

Pantun

Badan kurus,,,
mirip kaya papan...
PDKT aja terus,,,
nembaknya kapan???

pita tak sembarang pita,,,
pita putih yank qhu cari...
cinta tak sembarang cinta,,,
cinta suci yank qhu cari...

Di pinggir kolam makan bubur...
Jangan lupa pakai keripik...
Dari semalem aye ga bisa tidur...
Selalu teringat wajah mu yg cantik...

jalan-jalan ke kota paris...
banyak rumah berbaris-baris...
biar mati diujung keris...
asal dapat dinda yang manis…

darimana datangnya sawa...
dari sawah turun ke kali...
darimana datangnya cinta...
dari mata turun ke hati...

jalan"ke maluku jangan lupa beli kayu...
kalau kamu cinta padaku bilang saja...
I LOVE YOU...

Puisi

CINTAKU YANG SUDAH DITINGGAL MATI 

by. Agustiawan


Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu...
bukan itu...
Karena, aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya...
dan kematian adalah sesuatu yang pasti, dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi...
aku sangat tahu itu...

Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat,,,
adalah kenyataan bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang,,,
sekejap saja,,,
lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati,,,
hatiku seperti tak di tempatnya,,,
dan tubuhku serasa kosong melompong,,,
hilang isi...

Kau tahu sayang,,,
rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang...
Pada airmata yang jatuh kali ini, aku selipkan salam perpisahan panjang,,,
pada kesetiaan yang telah kau ukir,,,
pada kenangan pahit manis selama kau ada,,,
aku bukan hendak mengeluh, tapi rasanya terlalu sebentar kau disini...

Mereka mengira aku lah kekasih yang baik bagimu sayang,,,
tanpa mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik...
Mana mungkin aku setia padahal memang kecenderunganku adalah mendua,,,
tapi kau ajarkan aku kesetiaan,,,
sehingga aku setia,,,
kau ajarkan aku arti cinta, sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini...

Selamat jalan, Kau dari-Nya, dan kembali pada-Nya,,,
kau dulu tiada untukku, dan sekarang kembali tiada...
Selamat jalan sayang,,,
cahaya mataku,,,
penyejuk jiwaku,,,
selamat jalan, calon bidadari surgaku ...

Puisi

By. Coral Samudra

Ku bernyanyi disini
Lagu khusus untukmu sahabatku
Terkadang lebih dari kekasih
Lebih mengenal aku sahabatku

Dialah sahabatku
Ada kapanpun itu

Beda sahabat
Tak Seperti mantan
Yang manis ketika masih pacaran

Dia sahabat
Penyemangat aku
Jadilah penopang sayapku

"Teruntuk siapapun yang selalu & pernah menyebut diri mereka SAHABAT.Dimana pun kalian berada & apapun yang kalian pilih semoga itu adalah yang terbaik. I Love You All"

Puisi

 By. Agustiawan

when i lonely in a room…
i fell bored…convioused…
at last… i out…from my room…
i see stars…moon…and satelite…
i ask to stars…
what do i feel now…
but…stars…quite..
i ask to moon…
what do i feel today,last day,n next day…
but…a moon silent…
i ask to trees in the yard..
i say to stones in the garden
and i say to water in the river…in front of my home…
but… all of that…silent..
i convused..
but… i always..looking for..n looking for again…
at last…
i find all of that
i find what do i feel
i find my problem which convused by me…
actually…i feel love
yeah…i feel”LOVE”

Puisi

By. Nurul Azmi

biarkan saja kekasihmu pergi...
biarkan saja mimpi yang kau tunda..kita temukan, tempat yang layak sahabatku...
 aku bernyanyi untuk sahabat...
aku berbagi untuk sahabat...
kita bisa jika bersama...

aku yakin, apapun yang terjadi padamu hari ini merupakan sebuah pelajaran untukmu...
aku bahkan percaya, semua masalah bisa kita lewati.. :')
tiada yang indah selain kejadian-kejadian yang pernah kita atasi bersama...
tiada kisah yang paling indah selain kisah-kisah tentang kita semua...

canda, tawa, dan tangisan adalah hal yang biasa untukku dan kau, sahabat...

saling mengisi satu sama lain, berbagi masalah, ng'gosipin temen, jalan bareng, ngatain satu sama lain (bahkan orang yang kita benci) merupakan sebuah kebiasaan kita...

kalo kangen selalu bilang, "sobat, aku kangen kamu :( .."
sepi jika tiada tawa dan candamu, kawan.. :'(

aku yakin ketika aku dan kamu adalah 1, kita takkan pernah bisa terkalahkan dan terpisahkan dengan apapun dan bagaimanapun.. :')