Hadiah untuk Ku membuat Mu Pergi
“Dok….saya mohon tunggu sebentar lagi, suami saya pasti akan datang”
terdengar suara yang tak asing itu Ku dengar.
“Tapi buk… kita tidak punya waktu lebih lama lagi, kami harus menyelamatkan ibu
dan anak ibu. Jangan sampai semuanya terlambat.”
Gubrrraakk…. Ku buka pintu kamar
rawat istri ku secepatnya, Ku lihat wajah istriku yang begitu pucat. Segera Ku
hampiri dan Ku genggam tangannya.
“Bunda… ada apa ini…?? Kenapa harus terjadi yang seperti ini..?? bukankah usia
anak kita baru 7 bulan dan belum saatnya dia harus datang.” Ucapku dengan penuh
kebingungan, karna terakhir kabar ku dengar dari istriku kesehatan kehamilannya
baik-baik saja.
“Ayah… maafkan bunda, harus menyusahkan ayah lagi, bunda juga tidak ingin yang
seperti ini. Tenanglah ayah… anak kita akan baik-baik saja, Ayah… berjanjilah
pada bunda… jaga anak kita sebaik mungkin, seperti yang telah kita rencanakan
selama ini, maaf kalau kehadiran anak kita sedikit terlambat hadir dirahim
bunda. Maafkan bunda yah… jika selama bersama ayah, bunda tidak pernah
memberikan kebahagian.”
Aku hanya bisa menatap wajah istriku dalam-dalam, tak pernah ku dengar dia
mengucapakan kata-kata yang seolah ingin pergi dari ku.
“Bunda… ketahuilah… memiliki dirimu adalah kebahagian terindah dalam hidupku,
kamu adalah istri yang sangat sempurna, setiap nafas mu terhembus angin-angin
syurga yang sudah ikhlas melayani ku, sesungguhnya akulah suami terjahat, karna
harus meninggalkan mu sendirian dirumah. Jarang membelaimu, jarang memberikan
perhatian padamu, tapi… semua itu tak pernah membuat cinta mu berkurang pada ku.
teruslah bertahan.. demi aku dan anak kita.” Hanya itu yang mampu terucap dari
bibirku, airmata ku jatuh tak terhenti melihat kondisi istriku yang semakin
melemah.
“Terima kasih ayah, bunda selalu merasa bahagia selama ini, ada sesuatu untuk
ayah. Bacalah jika ayah ingin tau mengapa bunda harus sampai seperti ini,” ucap
istriku sambil melirik kearah meja disamping kanannya. Aku lihat memang ada
kotak kecil seperti kado yang terbungkus rapi.
“Maaf buk.. kita harus memulainya sekarang” ucap dokter yang berada disamping
istriku.
Digenggamnya tanganku sekuat mungkin, sampai aku mengantarnya keruangan
operasi. Tangan ku pun harus terlepas ketika tiba dipintu ruangan itu.Aku hanya
bisa melihat senyum termanis istriku dari kaca-kaca pintu. Semakin jauh semakin
melebar, seolah dia akan bisa tertahan dari rasa sakitnya itu, sampai tak
terlihat lagi oleh tabir-tabir biru diruangan itu.
“Bertahanlah sayang… berjuanglah untuk kebahagian kita selanjutnya, doaku tak
kan pernah henti untuk mu” lirih ku dalam hati.
Semua keluarga ku terdiam, hanya ada mertuku yang menepuk pundak ku.
“Mari kita berdoa bersama untuk yang terbaik bagi Amelia, istrimu dan juga anak
ku dalam mempertahankan buah hatinya”.
Betapa hati ku tak menentu saat operasi berlangsung, coba ku tenangkan hati ku
dengan sholat dan berdoa untuk keselamatan istriku. Setelah itu, ku ambil kotak
kecil yang diberikan istriku itu, aku buka perlahan, ternyata sebuah catatan
harian istriku.
Ku tarik nafas panjang, ku hembuskan perlahan, menenangkan diri sebelum aku
membacanya, lalu ku buka lebaran pertama, ku lihat tulisan-tulisan tangan
istriku. Yaach.. aku kenal betul dengan tulisan tangannya.
Dear My Husband
Ayah… maaf jika Bunda harus diam dan tidak mengatakan
sedikitpun tentang kondisi Bunda yang sebenarnya, Ayah tau…??? Bunda sangat
merasa bahagia ketika dokter mengatakan kalau Bunda positif hamil, sebuah
kebahagian yang selama 5 tahun kita tunggu bersama. Bunda merasa itu adalah
hadiah terindah untuk Ayah yang akan Bunda berikan. Betapa Bunda sudah
mengkhayalkan bagaimana nanti kita menjadi Ayah & Bunda untuk sang buah
hati kita yang akan lahir ini. Bunda akan menjadi ibu yang setiap hari harus
mengurus anak sebelum berangkat kerja, dan Ayah akan menjadi ayah yang harus
bekerja lebih giat lagi untuk kebutuhan keluarga. Bunda sudah sangat yakin,
kebahagian kita tak akan pernah berakhir setelah buah hati kita datang mengisi
hari-hari kita yang sepi selama ini.
Saat usia kehamilan Bunda berjalan 2 bulan, Bunda selalu mengeluh sakit
dibagian perut, tapi Bunda mengganggap semua itu hanya efek dari kecape’an
saja, sampai akhirnya Bunda harus ke dokter memeriksakan kondisi kesehatan
Bunda dan kehamilan Bunda. memang Bunda tidak pernah menceritakan sakit yang
Bunda rasa selama ini pada Ayah, karna Bunda tidak ingin membuat Ayah susah dan
tidak tenang bekerja disana.
Hasil pemeriksaan itu, dokter mengatakan ada kelainan dari kehamilan Bunda ini,
sesuatu yang sangat membahayakan Bunda, jika Bunda harus mempertahankannya.
Betapa Bunda sangat kaget dengan hasil itu, dokter menyarankan Bunda harus
membuang janin dirahim Bunda ini secepat mungkin, agar Bunda bisa selamat dan
tidak mengeluh kesakitan lagi.
Sungguh itu adalah pilihan yang sulit, tidak mungkin Bunda harus membunuh anak
yang sangat kita inginkan ini, Bunda tidak mungkin bisa mengecewakan Ayah karna
gagal memberikan keturunan. Bunda sudah sangat bisa merasakan kebahagian yang
Ayah rasa saat tau Bunda hamil.
Ayah… maafkan Bunda yang telah memberikan keputusan sendiri kepada dokter tanpa
harus mengatakan dan mendengar keputusan Ayah juga, Bunda hanya ingin Ayah
mendapat kebahagian dari Bunda yang selama ini tidak pernah Bunda berikan.
Bunda memutuskan melanjutkan perkembangan janin ini sampai dia benar-benar
hadir untuk Ayah. Bunda berjanji akan bertahan sekuat tenaga Bunda demi Ayah…..
Dokter mengatakan Bunda harus berdiskusi dulu dengan Ayah, tapi Bunda memilih
diam dan meminta dokter untuk merahasiakannya pada Ayah. Maaf jika Bunda selalu
mengelak jika Ayah ajak kedokter bersama, Bunda hanya tidak ingin Ayah tau
semua ini.
Usia kehamilan Bunda sekarang sudah 5 bulan, sedangkan kata dokter mungkin
bunda hanya bisa bertahan sampai 7 bulan saja, berarti sisa waktu Bunda tinggal
2 bulan lagi bisa bersama Ayah. Itu hanya dugaan dari dokter saja, karna Bunda
percaya Allah lah yang berhak menentukan hidup dan mati kita.
Malam ini… Ayah tertidur pulas disamping bunda, terlihat raut wajah tak sabar
ayah menanti kehadiran buah hati kita. Apakah ayah tau..?? bunda sangat merasa
takut malam ini, bunda takut bunda tidak bisa membelai rambut ayah disaat ayah
tertidur, tidak bisa membuat sarapan disaat bangun pagi dan tidak bisa
merasakan kecupan dikening bunda ini saat ayah akan kembali ke tempat kerja
ayah lagi.
Bunda benar-benar takut harus pergi secepat ini dari sisi ayah, walaupun bunda
sering ditinggal sendirian karna pekerjaan ayah diluar kota, tapi bunda bisa
merasakan kasih sayang ayah selalu mengalir disisi-sisi gerakan bunda.
Perhatian ayah yang tak pernah berhenti meski yang terdengar hanya suara ayah
saja, akan tetapi semua itu mampu membuat bunda bertahan hingga saat ini.
Selamat malam ayah… tidurlah dengan nyenyak bersama mimpi-mimpi indah, lepaskan
penat mu hari ini… karna besok ayah akan pulang keluar kota lagi.
Hari ini suami ku pergi lagi…
Selamat jalan sayang… semoga sampai tujuan dengan selamat, dan cepat kembali
untuk ku.
Itulah ucapan yang selalu bunda haturkan saat ayah harus pergi meninggalkan
bunda karena pekerjaan. Hari ini benar-benar hari yang berat bagi bunda, apakah
ayah bisa merasakan genggaman tangan bunda yang tidak seperti biasanya itu?
Sesungguhnya dihati bunda berkata, ayah jangan pergi…. Tetaplah disisi bunda
untuk waktu yang singkat ini, bunda hanya ingin menjalankan kewajiban sebagai
istri yang baik dan benar, biarkan bunda mengumpulkan amal-amal atas kebaktian
bunda pada ayah dengan waktu yang tersisa ini.
Hanya senyum yang bisa bunda berikan disaat ayah melangkahkan kaki semakin jauh
dari pintu rumah kita. Tidak mungkin kata-kata yang ada dihati bunda terucap,
karna itu hanya akan menimbulkan pertanyaan dan alasan mengapa bunda harus
meminta hal aneh seperti itu.
Ayah…. Mungkin hari inilah terakhir aku bisa memelukmu, mengusap wajah mu
dengan manja, tiada waktu lagi untuk ku bisa melewati detik berlalu bersamamu.
Ya Allah…
Biarlah jantungku tetap berdetak, setidaknya sampai aku bisa membuat suamiku
bahagia.
Hanya itulah pinta bunda dalam sholat malam, karna bunda hanya ingin ayah
mendapatkan sesuatu yang ayah inginkan itu. Bunda berusaha menahan rasa sakit
ini, walau kadang sampai membuat seluruh badan bunda lemah. Demi anak kita,
bunda ikhlas melalui ini semua, mungkin inilah perjuangan seorang ibu untuk
anak yang benar-benar dia inginkan.
Tepat bulan ini, usia kehamilan bunda 7 bulan, sekarang sudah terasa sangat
aneh, bunda sudah mulai cepat lelah, pucat dan sakit yang luar biasa dibagian
perut ini. Bunda coba bertahan dengan obat-obat dokter, tapi hasilnya seperti
sudah tidak bereaksi lagi. Mungkin sang buah hati kita sudah ingin melihat
matahari dan bulan. Bunda benar-benar sudah tidak kuat sekarang. Semoga masih
ada waktu bunda untuk bertemu ayah walau hanya beberapa detik.
Sayang… betapa kau adalah anugrah terindah dalam hidupku, tidak pernah
sedikitpun aku menyesali menikah dengan mu. Kau adalah seorang suami yang
bertanggung jawab dan penuh kasih sayang, terima kasih atas semua yang telah
engkau berikan untuk ku selama ini.
Jagalah buah hati kita, ajari dia tentang pengetahuan dunia dan juga akhirat,
ajari dia sholat dan membaca al-Quran, agar kelak dia bisa mengirim doa-doa
untuk bundanya ini.
Maaf… jika bunda harus pergi secepat ini,
Maaf… jika bunda ingkari janji kita, untuk mengurus buah hati kita
bersama-sama,
Maaf… jika bunda tak sempat, melihat wajah buah hati kita.
Ikhlaskanlah semua yang terjadi ini, mungkin ini cara Allah untuk mengajari
kita arti cinta yang tulus, sesungguhnya cinta sejati itu penuh dengan
pengorbanan. Dan apa yang bunda lakukan sekarang adalah bukti cinta bunda pada
ayah.
I Love U… My Husband,
Jaga dirimu dan anak kita baik-baik, Aku akan selalu ada disisimu meski tak
terlihat lagi.
From… istri tercinta mu
“Maaf… dimana suami nyonya Amelia..?? terdengar suara dokter
dari arah ruangan operasi itu, lalu segera ku hampiri untuk bertanya keadaan
istri ku.
“Saya dok,, !! bagaimana keadaan istri saya..?? dia baik-baik saja kan dok..??
dia bisa diselamatkan kan..??” ucapku tergesa-gesa pada dokter muda itu.
“Selamat Pak Irwan,, anak anda dapat kami selamatkan, kondisinya sehat hanya
perlu perawatan khusus, karna belum mencapai bulannya, tapi…..” tiba-tiba
ucapan dokter itu terhenti, jabat tangannya berpindah kebahu ku.
“Maaf Pak…. Kami tidak bisa menyelamatkan istri anda, karna kondisinya yang
lemah dan pendarahan yang luar biasa, maafkan kami…..”
Seketika tenaga ku hilang begitu saja, kedua kaki ku tak mampu menahan tubuhku
untuk tetap berdiri, hingga aku harus tersimpuh, menangis, mengenang masa lalu
yang indah yang telah kami lalui bersama. Benar-benar aku merasa sangat shock
mendengarnya. Tapi… apa yang bisa ku lakukan.., semua ini tak mungkin bisa ku
putar kembali. Hanya ikhlas yang bisa menenangkan hati ku.
Setelah tahlil berkumandang, proses
pemakaman pun selesai. Semua pergi dan hanya aku yang tertinggal sendiri
ditempat peristirahatan istriku itu. Setidaknya aku bisa menemani dia untuk
yang terakhir kalinya.
“Sayang… istirahatlah disana dengan tenang, aku percaya bahwa Allah telah
menyiapkan tempat indah di syurga untuk mu, jangan khawatirkan buah hati kita,
aku akan menjaganya selama jiwa ini masih berada dijasadnya. Kau adalah istri
terbaik, cinta terindah yang pernah ku rasakan, maafkan aku jika tidak mengerti
ingin mu, maafkan aku yang selalu membuatmu merasa kesepian. Terima kasih telah
memberiku hadiah terindah, buah hati yang gagah, meski harus membuatmu pergi meninggalkan
aku sendirian. Aku akan tetap selalu merasakan belaian kasih sayang mu,
manjamu, perhatian mu meski yang tertinggal hanya bayang-bayang mu. Selamanya
aku akan mencintai mu,…. I Love U My Wife…”
Ku usap foto yang tertinggal di nisan itu, ku kecup senyum manisnya. Berharap
dia bisa merasakan cinta ku walaupun kami sudah berada di dunia yang berbeda.